Selamat datang di blog FIQIH gaul.

Pages

Download Ebook Gratis

1. Al-Umm (kitab Induk).


2. Mukhtashar al-Muzanni.


3. al-Lubab fiy al-Fiqhi al-Syafi’i.


4. al-Iqna’ fiy al-Fiqhi al-Syafi’i.


5. Al-Hawi al-Kabiir fiy Fiqhi Madzhab al-Imam al-Syafi’i.


6. Al-Tanbih fiy al-Fiqh al-Syafi’i.


7. Al-Muhadzdzab fiy al-Fiqhi al-Syafi’i.


8. Nihayah al-Mathalib fiy Dirayah al-Madzhab


9. Al-Wasith fiy al-Madzhab.


10. Hilyatul ‘Ulamaa’ fiy Ma’rifati Madzahib al-Fuqahaa’.


11. Al-Bayan fiy Madzhab al-Imam al-Syafi’i.


12. Fathul ‘Aziz bisyarhi al-Wajiz.


13. Fatawa Ibnu al-Shalah


14. Al-Majmu’ syarh al-Muhadzdzab.


16. Raudlatuth Thalibiin wa ‘Umdatul Muftiin.


17. Minhajuth Thalibin wa ‘Umdatul Muftiin fiy al-Fiqh


18. Khabayaa al-Zawayaa.


19. Al-Tadzkirah fiy al-Fiqhi al-Syafi’i


20. Asnal Mathalib fiy Syarhi Raudl al-Thullab.

Download Terjemah Kitab Klasik Daf'u Syubah Al-Tasybih bi-Akaffi Al-Tanzih


Al-Imâm al-Hâfizh al-‘Allâmah Abul Faraj Abdurrahman bin Ali bin al-Jawzi as-Shiddiqi al-Bakri berkata:

“Ketahuilah --semoga petunjuk Allah selalu tercurah bagi anda--, bahwa aku telah meneliti madzhab Hanbali yang telah dirintis oleh Imam Ahmad bin Hanbal, aku mendapati bahwa beliau adalah sosok yang sangat kompeten dalam berbagai disiplin ilmu agama, beliau telah mencapai puncak keilmuan dalam bidang fiqih dan dalam pendapat madzhab-madzhab terdahulu, hingga tidak ada suatu permasalahan sekecil apapun kecuali beliau telah menuliskan penjelasan atau catatan untuk itu, hanya saja metodologi yang dipakainya murni seperti para ulama Salaf sebelumnya; yang karenanya beliau tidak menulis kecuali hanya teks-teks yang benar-benar telah turun-temurun hingga ke generasinya (al Manqûlât).
Karena itu aku melihat madzhab Hanbali ini tidak memiliki karya-karya yang padahal jenis karya-karya semacam itu sangat banyak ditulis oleh musuh-musuh mereka. Lalu untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka aku menulis beberapa kitab tafsir yang cukup besar, di antaranya; al-Mughnî dalam beberapa jilid, Zâd al-Masîr, Tadzkirah al-Arîb, dan lainnya. Dalam bidang hadits aku menuliskan beberapa kitab, di antaranya; Jâmi al-Masânîd, al-Hadâ-iq, Naqiy an-Naql, dan kitab yang cukup banyak dalam al-Jarh Wa at-Ta’dîl.

Aku juga mendapati madzhab Hanbali ini tidak memiliki catatan-catatan tambahan (ta’lîqât) terhadap karya-karya terdahulu dalam masalah-masalah khilâfiyyah, kecuali ada satu orang saja, yaitu al-Qâdlî Abu Ya’la yang dalam hal ini ia berkata: “Aku selalu mengutip berbagai pendapat dari orang-orang luar madzhab Hanbali yang biasa menyebutkan berbagai pendapat dalam madzhab mereka masing-masing ketika mereka berdebat dengan lawan-lawan mereka, namun sedikitpun mereka tidak pernah menyinggung pendapat dalam madzhab Hanbali. Aku akui di hadapan mereka, memang benar kami dalam madzhab Hanbali tidak memiliki ta’lîq dalam masalah-masalah Fiqih. Oleh karena itu maka aku menuliskan beberapa ta’lîq”.
 
Begitulah ungkapan keprihatinan Imam Ibnul Jauzi terhadap perjalanan Madzhab Hanbali yang beliau tuliskan didalam muqaddimah kitab Da'fu Syubah al-Tasybih bi-Akaffi al-Tanzih (دفع شبه التشبيه بأكف التنزيه) yakni salah satu karya monumental beliau dalam bidang aqidah. Kitab ini memaparkan kesesatan-kesesatan aqidah tasybih ( menyerupakan Allah Subhanahu wa Ta'alaa dengan makhluk) yang sangat penting untuk dibaca dan disebarkan guna menghalau kelompok-kelompok yang mempropagandakan aqidah tasybih seperti sekte Wahhabiyah dan semisalnya mereka.

Didalam kitab ini ebook ini juga terdapat beberapa muqaddimah dari penterjemah yakni H. Kholil Abou Fateh Lc. Biodata beliau juga ada didalam ebook ini. Semoga bermanfaat.

Ketika Mimpi Baik dan Mimpi Buruk


بابُ ما يقولُ إذا رَأى في منامِه ما يُحِبُّ أو يَكرهُ

Doa Yang Diucapkan Ketika Mimpi Baik dan Mimpi Buruk

روينا في صحيح البخاري عن أبي سعيد الخدري رضي اللّه عنه؛
أنه سمع النبيّ صلى اللّه عليه وسلم يقول‏:‏ ‏"‏إذَا رَأى أحَدُكُمْ رُؤْيا يُحِبُّها، فإنَّمَا هِيَ مِنَ اللَّهِ تَعالى، فَلْيَحْمَدِ اللَّه تَعالى عَلَيْها وَلْيُحَدّثْ بِها‏"‏ وفي رواية ‏"‏فَلا يُحَدِّثْ بِها إِلاَّ مَنْ يُحِبُّ، وَإذَا رأى غَيْرَ ذلكَ مِمَّا يَكْرَهُ فإنَّمَا هِيَ مِنَ الشَّيْطانِ فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّها وَلا يَذْكُرْها لأحَدٍ فإنها لا تَضُّرُّهُ‏"‏
Kami Meriwayatkan didalam kitab Shahih al-Bukhari dari Abu Said al-Khudriy –radliyallahu anh- : bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam berkata : “apabila salah satu dari kalian melihat mimpi yang disukai, sesungguhnya itu berasal dari Allah, maka bersyukurlah memuji Allah atas yang demikian dan mengabarkan (menceritakan) mimpinya. Dalam riwayat lain “Janganlah menceritakan mimpinya kecuali kepada orang disukainya (dicintainya)”, dan apabila melihat selain yang demikian yaitu bermimpi yang dibencinya (mimpi buruk), itu berasal dari syaithan maka berlindunglah kepada Allah dari keburukannya dan janganlah menuturkannya kepada seseorang, karena mimpi tidak memudharatkannya”.

وروينا في صحيحي البخاري ومسلم، عن أبي قَتادة رضي اللّه عنه قال‏:‏
قال رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم‏:‏ ‏"‏الرُّؤْيا الصَّالِحَةُ‏"‏ وفي رواية ‏"‏الرُّؤْيا الحَسَنَةُ مِنَ اللَّهِ، والحُلْمُ مِنَ الشَّيْطانِ، فَمَنْ رأى شَيْئاً يَكْرَهُهُ فَلْيَنْفُثْ عَنْ شِمالِهِ ثَلاثاً وَلْيَتَعَوَّذْ مِنَ الشَّيْطان، فإنهَا لا تَضُرُّهُ‏"‏ وفي رواية ‏"‏فَلْيَبْصُقْ‏"‏ بدل‏:‏ فلينفثْ، والظاهر أن المراد النفث، وهو نفخ لطيف لا ريق معه
Kami meriwayatakan didalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Qatadah –radliyallahu ‘anh- ia berkata : Rasulullah bersabda, “ar-Ru’ya ash-Shalihah/mimpi yang bagus”, dalam riwayat lain “ar-Ru’yaa al-Hasanah/mimpi yang bagus berasal dari Allah dan mimpi yang butuk berasal dari syaithan, maka barangsiapa yang bermimpi sesuatu yang dibencinya, hendaklah “meniup” ke arah kirinya sebanyak 3 kali dan meminta perlindungan (kepada Allah) dari syaithan, karena sesungguhnya mimpi itu tidak memudharatkannya”, dalam satu riwayat disebutkan “hendaklah meludah” sebagai ganti dari “hendaklah meniup”, dan dhahir yang dimaksud dengan “meniup” adalah meniup secara haLus yang tidak sampai mengeluarkan ludah.

وروينا في صحيح مسلم عن جابر رضي اللّه عنه،
عن رسول اللّه صلى اللّه عليه وسلم قال‏:‏ ‏"‏إِذَا رأى أحَدُكُمُ الرُّؤيا يَكْرَهُها فَلْيَبْصُقْ عَنْ يَسارِهِ ثَلاثاً، وَلْيَسْتَعِذْ باللَّه مِنَ الشَّيْطانِ ثَلاثاً، وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كانَ عَلَيْهِ‏"‏‏.
Kami meriwayatkan didalam Shahih Muslim, dari Jabir –radliyallahu ‘anh, dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam, beliau berkata : apabila salah satu dari kalian melihat dalam mimpi sesuatu yang dibencin, hendaklah meludah kea rah kirinya 3 kali, dan mohon perlindungan kepada Allah dari syaithan 3 kali serta hendaklah berpindah dari posisinya yang semula (ganti posisi tidur)”.

وروى الترمذي من رواية أبي هريرة مرفوعاً‏:‏
‏"‏إذَا رأى أحَدُكُمْ رُؤْيا يَكْرهَها فَلا يُحَدِّثْ بها أحَداً وَلْيَقُمْ فَلْيُصَلِّ‏"‏‏.‏
Riwayat at-Turmidzi dalam satu riwayat Abu Hurairah secara marfu’ : “Apabila salah satu dari kalian bermimpi yang dibencinya, janganlah menceritakan mimpinya kepada seseorang, dan hendaklah berdiri kemudian shalat”.

وروينا في كتاب ابن السني وقال فيه‏:‏ ‏"‏إذَا رَأى أحَدُكُمْ رُؤْيا يَكْرَهُها فَلْيَتْفُلْ عن يَسَارِهِ ثَلاث مَرَّاتٍ، ثُمَّ ليَقُلِ‏:‏ اللَّهمَّ إني أعُوذُ بِكَ مِنْ عَمَل الشَّيْطانِ وَسَيِّئاتِ الأحْلامِ؛ فإنَّهَا لاَ تَكُونُ شَيْئاً‏"‏‏.‏‏
Kami meriwayatkan didalam kitab Ibnu as-Sunni, ia berkata : “apabila salah satu dari kalian melihat mimpi yang dibencinya, hendaklah meniup (meniup secara harus yang tidak sampai mengeluarkan ludah) ke arah kirinya sebanyak 3 kali, kemudian ucapkanlah : “Allahumma inni a’udubika min ‘amalisy syaithan wa sayyi-atil ahlam, fainnahaa laa takunu syai-an (ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari perbuatan-perbuatan syaithan dan buruknya mimpi-mimpi, sesungguhnya mimpi itu tiada bernilai apa-apa)”.

__________________________________
الأذْكَارُ للإِمام الحافِظ المحَدِّثِ الفَقيْهُ أَبي زَكَرِيَّا يَحْيى بن شَرَفِ النَّوَوي‏


Indahnya Beristri Salehah dan Cerdas


Pasa zaman Bani Israil terdapat seorang lelaki yang ahli beribadah, dan ia memiliki istri salehah. Allah SWT memberi kabar gembira bagi pasangan suami-istri ini melalui Nabi yang terutus pada waktu itu.

Katakan kepada lelaki yang saleh itu, bahwasanya Aku akan menjadikan separuh umurnya kaya, dan separuh umurnya yang lain miskin. Jika ia memilih kaya di usia muda, maka Aku akan menjadikannya fakir di usia tuanya. Dan jika ia memilih kaya di usia tua, maka Aku akan menjadikannya kaya pada saat itu, dan menjadikannya fakir pada usia mudanya.

Sang Nabi pun menceritakan wahyu yang diterimanya kepada lelaki dimaksud. Lelaki itu tidak mengambil keputusan dengan segera, melainkan ia masih mendatangi sang istri guna urun rembug untuk menentukan pilihan. “Apa pendapatmu tentang hal ini?” Tanya sang suami. “Kebaikan ada padamu,” jawab sang istri.

 “Kalau menurutku, aku memilih fakir pada usia muda. Dengan begitu, aku bisa bersabar atas kefakiran dan beribadah dengan giat kepada Tuhan. Dan ketika usia senja datang, aku memiliki sesuatu yang membuatku kuat, dan aku juga bisa taat dan beribadah dengan apa yang aku miliki,” papar si suami.

Jika kamu fakir di usia muda, kamu tidak akan mampu beribadah kepada Allah, karena kita akan sibuk untuk mencari nafkah disebabkan kefakiran, dan kita tidak akan bisa melakukan perbuatan taat, apalagi bersedekah. Oleh karenanya, menurutku, kaya di usia muda lebih baik. Dengan begitu, kita akan mudah melakukan perbuatan taat dan berbagai ibadah yang lain disebabkan kuatnya badan dan raga kita saat kuat (muda),” jelas si istri.

Benar apa yang kamu katakan. Kalau begitu, aku akan lakukan seperti yang kamu katakan,” timpal si suami.

Allah SWT kemudian menurunkan wahyu kepada Nabi itu untuk menyampaikan kapada pasangan suami-istri itu, “Jika ketaan yang mereka lakukan, kesungguhan yang mereka kerjakan dalam ibadah, dan samanya niat untuk melakukan kebaikan, maka akan dijadikan semua usia yang dimiliki keduanya dalam keadaan kaya.

Pasutri itu pun menjadi kaya, dan kesehariannya adalah ketaatan dan bersedekah. Wallâhu Huwal-Ghaniyul-Hâmid.

dikutip dari : Buletin Sidogiri, edisi-73