Pertama : marah, yaitu ketika menghadapi musibah dia marah
baik dengan hatinya seperti benci terhadap Rabbnya dan marah terhadap taqdir
Allah atasnya, dan kadangkadang sampai kepada tingkat kekufuran, Allah
berfirman:
"Dan diantara manusia
ada orang yang beribadah kepada Allah dengan berada di tepi; maka jika ia
memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh
suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat.
Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata." (Al-Hajj:11)
Atau dia marah dengan
lisannya seperti menyeru dengan kecelakaan dan kebinasaan dan yang sejenisnya. Atau marah
dengan anggota badannya seperti menampar pipi, merobek saku baju, menarik-narik
(menjambak) rambut, membenturkan kepala ke tembok dan yang sejenisnya.
Kedua : sabar, yaitu sebagaimana ucapan penyair: "Sabar
itu seperti namanya, pahit rasanya, akan tetapi akibatnya lebih manis dari
madu." Maka orang yang sabar itu akan melihat bahwasanya musibah ini berat
baginya dan dia tidak menyukainya, akan tetapi dia membawanya kepada kesabaran,
dan tidaklah sama di sisinya antara adanya musibah dengan tidak adanya, bahkan
dia tidak menyukai musibah ini akan tetapi keimanannya melindunginya dari
marah.
Ketiga : ridha, dan ini lebih tinggi dari sebelumnya, yaitu
dua perkara tadi (ada dan tidak adanya musibah) di sisinya adalah sama ketika
dinisbahkan/disandarkan terhadap qadha dan qadar (taqdir/ketentuan Allah)
walaupun bisa jadi dia bersedih karena musibah tersebut, Karena sesungguhnya
dia adalah seseorang yang sedang berenang dalam qadha dan qadar, kemana saja
qadha dan qadar singgah maka dia pun singgah bersamanya, baik di atas kemudahan
ataupun kesulitan. Jika diberi kenikmatan atau ditimpa musibah, maka semuanya
menurut dia adalah sama. Bukan karena hatinya mati, bahkan karena sempurnanya
ridhanya kepada Rabbnya, dia bergerak sesuai dengan kehendak Rabbnya. Bagi
orang yang ridha, adanya musibah ataupun tidak, adalah sama, karena dia melihat
bahwasanya musibah tersebut adalah ketentuan Rabbnya. Inilah perbedaan antara
ridha dan sabar.
Keempat : bersyukur, dan ini adalah derajat yang paling
tinggi, yaitu dia bersyukur kepada Allah atas musibah yang menimpanya dan
jadilah dia termasuk dalam golongan hamba-hamba Allah yang bersyukur ketika dia
melihat bahwa di sana terdapat musibah yang lebih besar darinya, dan bahwasanya
musibah-musibah dunia lebih ringan daripada musibah-musibah agama, dan
bahwasanya 'adzab dunia lebih ringan daripada 'adzab akhirat, dan bahwasanya
musibah ini adalah sebab agar dihapuskannya dosa-dosanya, dan kadang-kadang
untuk menambah kebaikannya, maka dia bersyukur kepada Allah atas musibah
tersebut. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Tidaklah suatu musibah
menimpa seorang muslim kecuali Allah akan hapuskan (dosanya) karena musibahnya
tersebut, sampai pun duri yang menusuknya." (HR. Al-Bukhariy no.5640 dan
Muslim no.2572 dari 'A`isyah)
"Tidaklah seorang
muslim ditimpa keletihan/kelelahan, sakit, sedih, duka, gangguan ataupun gundah
gulana sampai pun duri yang menusuknya kecuali Allah akan hapuskan dengannya
kesalahan-kesalahannya." (HR. Al-Bukhariy no.5641, 5642 dari Abu Sa'id Al-
Khudriy dan Abu Hurairah). Bahkan kadang-kadang akan bertambahlah iman
seseorang dengan musibah tersebut.
0 Komentar:
Posting Komentar