Assalamu'alaikum Warahmatullahi Ta'ala Wabarakatuh..
Pembaca yang budiman kita bertemu lagi dalam moment berbagi ilmu, gak perlu banyak muqoddimah ya..langsung saja lanjut membaca, semoga bermanfaat.
Hubungan hati dengan
organ-organ tubuh lainnya, laksana raja yang bertahta diatas singgasana yang
dikelilingi para punggawanya. Seluruh anggota punggawa bergerak atas perintahnya.
Dengan kata lain, bahwa hati itu adalah pengendali dan sekaligus sebagai
pemberi komando terdepan yang setiap anggota tubuh berada di bawah
kekuasaannya. Di hati inilah anggota badan lainnya mengambil keteladanannya,
baik dalam ketaatan atau penyimpangan. Organ-organ tubuh lainnya selalu mengikuti
dan patuh dalam setiap keputusan.
Nabi saw bersabda:
"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging,
apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging
itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal
daging itu adalah hati."[HR. Bukhari-Muslim].
Pengelompokan Hati Manusia Hati
manusia terbagi menjadi tiga klasifikasi: 1. Qalbun Shahih (hati yang suci)
2. Qalbun Mayyit (hati yang
mati)
3. Qalbun Maridl (hati yang
sakit)
Pertama, Qalbun Shahih
yaitu hati yang sehat dan
bersih (hati yang sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah
Subhanahu wa Ta'ala, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya.
Sehingga ia selamat dari pengabdian kepada selain Allah, dan mencari penyelesaian
hukum pada selain rasul-Nya. Karenanya, hati ini murni pengabdiannya kepada
Allah Subhanahu wa Ta'ala, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah
(cinta), tawakkal (berserah diri), takut atas siksa-Nya dan mengharapkan
karunia-Nya. Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala
semata. Jika mencintai maka cintanya itu karena Allah, dan jika membenci maka
kebenciannya itupun karena Allah, jika memberi atau bersedekah, hal itu
karena-Nya dan jika tidak memberi, juga karena Allah. Dan tidak hanya itu saja,
tapi diiringi dengan kepatuhan hati dan bertahkim kepada syari'at-Nya. Ia mempunyai
landasan yang kuat dan prinsip tersendiri dalam menjadikan Muhammad saw sebagai
suri tauladan dalam segala hal. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Hai
orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan rasul-Nya, dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."[QS.
Al-Hujurat:1].
Ciri-ciri Qalbun Shahih
1. Apabila hati pergi meninggalkan dunia menuju dan
berdomisili di alam akhirat, sehingga seakan ia termasuk penduduknya. Ia datang
ke dunia fana ini bagaikan seorang asing yang kebetulan singgah sebentar
sebelum meneruskan perjalanan menuju alam akhirat. Sebagaimana telah diwasiatkan
Nabi saw kepada Abdullah bin Umar : "Jadikanlah dirimu di dunia ini
seakan-akan kamu orang asing atau orang yang sedang menyeberangi suatu
jalan." [HR. Bukhari].
2. Jika ia tertinggal wirid, atau sesuatu bentuk peribatan
lainnya, maka ia merasakan sakit yang tiada terperi ,melebihi sakitnya orang
yang tamak dan kikir saat kehilangan barang kesayangannya.
3. Ia senantiasa rindu untuk dapat mengabdikan diri di jalan
Allah, melebihi keinginan orang yang lapar kepada makanan dan minuman. Yahya
bin Mu'adz berkata: "Barangsiapa yang merasa berkhidmat kepada Allah, maka
segala sesuatupun akan senang berkhidmat kepadanya, dan barang siapa tentram
dan puas dengan Allah maka orang lain tentram pula ketika melihat dirinya.
4. Apabila tujuan hidupnya hanya untuk taat kepada Allah Subhanahu
wa Ta'ala.
5. Bila sedang melakukan sholat, maka sirnalah semua kegundahannya
dan kesusahan kaena urusan dunia. Sebab di dalam sholat telah ia temukan
kenikmatan dan kesejukan jiwa yang suci.
6. Sangat menghargai waktu dan tidak menyia-nyiakanya, melebihi
rasa kekhawatiran orang bakhil dalam menjaga hartanya.
7. Tidak pernah terputus dan futur (malas) untuk mengingat
Allah Idan berdzikir kepada-Nya.
8. Lebih mengutamakan pada pencapaian kualitas dari suatu
amal perbuatan daripada kuantitas. ia lebih condong pada keikhlasan dalam
beramal, mengikuti petunjuk syari'at rasulullah saw di samping ia selalu
merenungi segala bentuk karunia yang diberikan Allah kepadanya, dan mengakui
tentang kelalaian dan keteledorannya dalam memenuhi hak-hak Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Kedua, Qalbun Mayyit
Qalbun Mayyit (hati yang
mati) adalah kebalikan dari hati yang sehat, hati yang mati tidak pernah
mengenal Tuhannya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya. dan ia berdiri
berdampingan dengan syahwatnya dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya,
walaupun hal ini menjadikan Allah Subhanahu wa Ta'ala marah dan murka akan
perbuatannya. Ia tidak peduli lagi apakah Allah ridha atau murka terhadap apa
yang dikerjakannya, sebab ia memang telah mengabdi kepada selain Allah. Jika
mencintai didasarkan atas hawa nafsu, begitu pula dengan membenci, memberi.
Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada rasa cinta kepada Allah Subhanahu wa
Ta'ala.
Hati jenis ini adalah hati
yang jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah
sedikitpun, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menutup hati mereka. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman: " Dan diantara mereka ada orang yang
mendengar (bacaanmu), padahal kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka
sehingga mereka tidak memahaminya) dan kami letakkan sumbatan di telinganya dan
jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak mau beriman
kepadanya.
Sehingga apabila mereka
datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur'an itu
tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu'."[QS. Al-An'am:25].
Ayat ini menunjukkan, bahwa
ada manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah Subhanahu
wa Ta'ala, dan tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Juga tidak mau melihat kebenaran yang telah
disampaikan. Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala: "(Mereka
berkata:Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada kami, dalam
telinga kami ada sumbatan, dan diantara kami dan kamu ada dinding, maka
bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula."[QS. Fushilat:5].
Allah Subhanahu wa Ta'ala
akan membiarkan mereka dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan
mendapatkan cahaya iman. "Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan
api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah menghilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat
melihat, mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka tidaklah kembali kepada jalan
yang benar.” [Al-Baqarah:17-18].
Ketiga, Qalbun Maridl
Qalbun Maridl (hati yang
sakit) adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya
tersimpan benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang di cekam
sakit akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati dengan hikmah dan maud'izah.
Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Agar Dia menjadikan
apa yang dimasukkan setan, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam
hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya."[QS. Al-Hajj:53].
Karena sesungguhnya apa yang
disisipkan oleh setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi
syubhat (sesuatu yang meragukan), seperti penyakit ragu dan sesat. Begitu hati menjadi
lemah karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk kedalam hati
lalu menghidupkan fitnah dalam hati tersebut. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman: Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafiq, orang-orang
yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di
madinah (dari menyakitimu) niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi)
mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di madinah) melainkan dalam
waktu yang sebentar."[Al-Ahzab:60].
Namun demikian hati
orang-orang yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir
dan orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya
hati orang orang yang
beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat.
Sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Sehingga berkeinginanlah
orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya."[QS. Al-Ahzab:32].
Ciri-ciri Qalbun Maridl
Boleh jadi hati manusia
sedang sakit , bahkan tanpa disadari. Lebih tragis bahwa hatinya sebenarnya
mati, namun si empunya tidak menyadari.
Tanda-tanda spesifik hati
yang sedang sakit atau mati adalah jika ia tidak merasa sakit dan pedih oleh
goresan-goresan pisau kemaksiatan, Hal itu disebabkan karena hatinya telah
rancu dan teracuni, sehingga tidak dapat lagi membedakan antara nilai kebenaran
dan aqidahnya yang batil. Hal ini seperti ditafsirkan oleh Mujahid dan Qatadah
tentang firman Allah yang berbunyi: "Fi Qulubihim
Maradhun"[QS.Al-Baqarah:10]. artinya: "Dalam hati
mereka terdapat
penyakit." “Ayat ini menunjukkan adanya keraguan yang tumbuh dalam hati
manusia tentang kebenaran.”
Bahkan ia melihat kebenaran
bagai sesuatu yang sangat bertentangan dengan kehendaknya. Kebenaran itu
dilihat dari sisi lain yang terasa merugikan dirinya. sehingga dalam kondisi
seperti ini ia lebih menyukai kebatilan dan kemudharatan.
Faktor-faktor penyebab
sakitnya hati Penyebab timbulnya penyakit di hati adalah dikarenakan banyaknya
fitnah yang selalu dibidikkan pada hati. Fitnah-fitnah tersebut dapat berupa:
fitnah syahwat, dimana reaksinya amat
keras sampai dapat merancukan
niat dan iradat (kehendak) seseorang. Dan yang lain adalah fitnah syubhat
(keragu-raguan) yang menyebabkan kacaunya persepsi dan i’tiqad (keyakinan).
Racun Hati
Setiap kemaksiatan adalah
racun dan yang merupakan penyakit dan perusak kesucian hati. Dan racun-racun
hati yang paling banyak ditemukan dan reaksinya cukup keras bagi kelangsungan hidup
hati ada empat macam yaitu:
1. Berlebihan dalam berbicara
Banyak berbicara adalah salah satu faktor yang menyebabkan hati menjadi
keras, sebagaimana sabda rasulullah saw :”Janganlah memperbanyak kata (bicara)
selain dzikrullah, karena banyak bicara selain dzikrullah menjadikan hati
keras. Dan orang yang terjauh dari Allah adalah yang berhati keras.”[HR.
Tirmidzi dari Ibnu Umar]. kemudian juga dengan banyak berbicara terkadang membuat
seseorang mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan dan tanpa dipertimbangkan
sebelumnya, sehingga melahirkan kerugian dan penyesalan. Umar bin Kahttab ra
pernah berkata: “Barang siapa yang banyak bicaranya, maka banyak kesalahannya, sehingga
nerakalah sebaik-baik tempat bagi mereka.” Hal ini ditegas juga dalam sebuah
hadits , bahwa rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba benar-benar
mengucapkan katakata tanpa dipikirkan yang menyebabkan ia tergelincir kedalam neraka
lebih jauh antara timur dan barat.” [muttafaq ‘alaihi, dari Abu Hurairah ]
2. Berlebihan dalam memandang sesuatu
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkan kepada setiap mukmin
dan mukminah untuk menundukkan pandangannya yang demikian itu lebih suci bagi
hati-hati mereka. Dan juga mereka akan merasakan manisnya iman, sebagaimana
sabda rasulullah saw : “Barangsiapa yang menahan pandangannya karena Allah, maka
dia akan diberikan oleh Allah rasa manisnya iman yang ia rasakan dalam hatinya,
sampai dimana ia manghadap kepada- Nya.” [HR. Ahmad]. Sekarang bagaimana jika
perintah itu dilanggar, maka jelas akan menyebabkan fitnah bagi hati pelakunya.
yaitu, rusaknya kesucian hati itu sendiri oleh angan-angan dan keindahan semu
yang dibisikkan setan, lupa terhadap hal yang menjadi kemaslahatan. Lalu ia
berbuat melampaui batas sehingga hilanglah akal sehatnya dan menyebabkan ia
menjadi pengabdi hawa nafsu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:”Janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingat kami,
serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampaui batas.”[QS.
Al-Kahfi:28].
3. Berlebihan dalam makan
Sedikit makan dapat melunakkan hati, menajamkan otak, merendahkan
nafsu birahi dan melemahkan nafsu amarah.
Sedangkan bila banyak makan, bahkan sampai kekenyangan akan berakibat
sebaliknya. Dari Miqdam bin Ma’di Karib dia berkata, bahwa ia mendengar rasulullah
saw bersabda: “Anak adam tidak memenuhi wadah yang lebih buruk, daripada ia
memenuhi perutnya. Cukuplah baginya beberapa suap saja untuk menguatkan tulang
rusuknya. Jika memang tidak memungkinkan, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga
untuk minum, dan sepertiga untuk nafasnya.”[HR. Ahmad dan Tirmidzi].
Alangkah banyak kemaksiatan yang tersulut akibat makan yang berlebihan
dan menghalangi ketaatan manusia kepada Sang Khalik. Karenanya siapa yang mampu
menjaga perutnya dari sifat serakah, maka ia benar-benar membuktikan bahwa
dirinya mampu menjaga diri dari keburukan yang lebih fatal lagi.
Ibrahim bin Adham berkata:”Barangsiapa mampu mengendalikan perutnya,
maka ia mampu pula mengendalikan agamanya, dan barang siapa yang mampu
menguasai rasa lapar (tidak makan berlebihan) maka ia dapat menguasai
akhlak-akhlak yang baik, sebab maksiat kepada Allah itu jauh dari orang-orang
yang lapar (yang mampu syahwat perutnya).”
4. Berlebihan dalam bergaul
Betapa tragis suatu pergaulan yang dapat merampas kenikmatan yang
telah ada, karenanya timbul benih-benih permusuhan dan kebencian yang terpendam
sehingga menyesakkan rongga-rongga dada. Namun rasa itu sulit dihindari
terutama oleh hati yang sudah terluka. Demikian juga berlebih-lebihan dalam
pergaulan dapat mendatangkan kerugian di dunia dan akhirat. Seyogyanya bagi seorang
hamba dapat mengambil hikmah dari setiap pergaulan.
usahakanlah untuk bersikap bijak dan dapat menempatkan diri dalam
menghadapi berbagai karakter teman sepergaulan. Dimana karakter-karakter
tersebut ada empat golongan:
-
Terhadap
orang yang jika kita membutuhkan bergaul dengannya, laksana kebutuhan kita
terhadap makanan, kita tidak dapat lepas darinya dalam sehari semalam. Mereka
itu adalah Para Ulama yang memiliki cakrawala pengetahuan yang luas tentang
ilmu Agama, mengetaui tipu daya setan dan segala macam bentuk penyakit hati.
-
Terhadap
orang yang jika kita bergaul dengannya seperti kebutuhan kita akan obat, Kita
mengharapkannya dikala kita sedang sakit saja, tetapi bila badan kembali sehat
maka mereka tidak kita butuhkan lagi. mereka ini adalah dari orang yang kehadirannya
kita nantikan berkaitan dengan masalah kemaslahatan hidup dan kehidupan,
seperti untuk saling bekerjasama atau sebagai mitra kerja dalam berniaga,
bertani, bermusyawarah dan masalah-masalah lain dalam hal muamalah.
-
Terhadap
orang yang jika kita bergaul dengannya, tidak ubahnya seperti penyakit.
Golongan ini terbagi menjadi beberapa jenis dan tingkatan, bergantung pada
intesitasnya terhadap jiwa kita.
Diantara mereka adalah yang bersifat individualis dan egoistis.
Jika bergaul dengannya hendaklah kita waspada dan berlaku bijak dalam menghadapinya.
Hal ini bukan berarti kita harus menghindar dan tidak mau bergaul dengannya,
tetapi jagalah jangan sampai diri kita terbawa oleh pengaruh kepribadiannya,
karena akan merugikan kita dalam hal agama dan dunia. oleh karena itu sebaiknya
orang-orang yang masuk dalam tipe ini hendaklah dujauhi jika ingin selamat
agama dan dunia kita.
-
Terhadap
orang yang bila kita bergaul dengannya akan membawa kefatalan, sebab ia laksana
ular berbisa. Andaikan kita sampai terkena patuknya, kemudian kita berhasil
menemukan penawarnya maka selamatlah kita, tetapi jika tidak, inilah bencana
bagi kita. Golongan ini banyak berkeliaran di sekitar kita. Mereka adalah Ahli bid’ah
yang sesat dan menyesatkan, menyimpang dari sunnah rasulullah saw. Mereka
pandai membolak-balikkan fakta, sunnah mereka jadikan bid’ah dan bid’ah mereka
jadikan sunnah. Bagi orang yang berakal tidak layak untuk bergaul ataupun
dudukduduk bersama mereka. Jika itu tetap dilakukan maka akan sakitlah hati
bahkan bisa menyebabkan hatinya menjadi mati.
Kiat Menjadikan Hati Tetap
Hidup Ketahuilah, bahwa hati yang hidup (hati yang sehat) hanya akan diperoleh
dengan ilmu dan ikhtiar (usaha). Adapun usaha tersebut yang bisa dilakukan
untuk menjadikan hati tetap hidup adalah:
1.
Dzikrullah dan Tilawatil Qur'an.
Dengan senantiasa dzikrullah (menyebut dan mengingat Allah) bagi
seorang hamba manfaatnya sangatlah besar. Sebagaimana Dia berfirman:
"Ingatlah, bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah, hati menjadi
tentram."[QS. Ar-Ra'du:28]. Al-Imam Syamsuddin Ibnul Qoyyim berkata:
”Sesungguhnya dzikir adalah makanan pokok bagi hati dan ruh, apabila hamba
Allah gersang dari siraman dzikir, maka jadilah ia bagaikan tubuh yang
terhalang untuk memperoleh makanan pokoknya."Dan Imam Hasan Al-Bashri berkata:"Lunakkanlah
hatimu itu dengan berdzikir". Kendatipun dzikrullah adalah salah satu
bentuk ibadah yang termudah dan ringan, akan tetapi pahala dan keutamaan yang didapatkan
melebihi amalan-amalan lainnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
”Sesungguhnya mengingat-ingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya daripada
ibadat yang lain)."[Qs. Al- Ankabut:45]. Sebaik-baik dzikir adalah membaca
Al-Qur'an, karena Al-Qur'an mengandung berbagai khasiat penyembuh hati dari
semua penyakit kegundahan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman; "Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi
penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman."[QS. Yunus:57].
2.
Beristighfar
Hakikat istighfar adalah untuk memohon maghfirah (ampunan), dan
batasan maghfirah adalah penjagaan dari keburukan yang diakibatkan dari
dosa-dosa. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Nya selama memenuhi
syaratnya pasti Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan ampunan. Firman-Nya:
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia meminta ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang."[QS. An-Nisa’:110].
Hendaklah seseorang itu memperbanyak istighfar kepada-Nya dimanapun
berada, sebab seseorang itu tidak tahu dimana tempat maghfirah Tuhannya turun.
sebagaimana rasulullah saw bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku selalu
mohon ampunan kepada Allah sehari semalam lebih dari tuju puluh kali."
[HR. Bukhari]. ‘Aisyah ı berkata: "Beruntunglah orang yang mendapat dalam buku catatan
amal perbuatannya memuat istighfar yang banyak." Qatadah
berkata:"Sesunggunhya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepadamu tentang
penyakitmu dan obat penangkalnya. Adapun penyakitmu adalah dosa-dosa, sedangkan
obatnya adalah istighfar."
3.
Do'a
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku niscaya
Aku perkenankan bagimu. "[QS. Al-mukmin:60]. Dalam ayat ini Allah
Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada kita agar berdo'a kepada-Nya dan Dia
akan memenuhi permohonan hamba-Nya. berkenaan dengan ini rasulullah saw bersabda:
"Tidaklah seorang Muslim pun berdo'a dengan do'a yang di dalamnya tidak
berisi dosa dan pemutus tali silaturahmi melainkan Allah memberikan kepadanya
salah satu dari tiga perkara: Allah akan menyegerakan permohonannya itu
(diperoleh di dunia) atau Allah akan menyimpannya untuknya di akhirat kelak, atau
Dia memalingkan darinya keburukan yang setimpal dengan do'anya itu."[HR.
Ahmad, hadits shahih]. Dalam ayat yang sama Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:" Sesungguhnya orangorang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku (tidak mau berdo'a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan terhina."[QS. Al-mukmin:60]. Orang-orang yang tidak mau berdo'a
kepada-Nya maka mereka yang dikatakan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah termasuk
orang yang sombong, dan mereka mendapatkan murka dari-Nya. sebagaimana
rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang tidak mau meminta (memohon kepada
Allah), maka Allah murka terhadap-Nya." [HR. Tirmidzi dari Abu Hurairah].
4.
Bershalawat kepada Nabi saw
Allah Subhanahu wa Ta'ala bershalawat (menyebut dan memuji di hadapan
para malaikat) sepuluh kali, bagi orang bershalawat kepada rasul-Nya (sekali).
Sebagaimana sabda beliau saw : ”Barang siapa yang bershalawat untukku satu
kali. Maka Allah akan bershalawat sepuluh kali lipat."[HR. Muslim]. Karena
yang demikian itu, setiap satu kebaikan nilainya akan dilipat gandakan sepuluh
kalinya, dan bershalawat untuk Nabi saw termasuk kebaikan yang tinggi.
5.
Qiyamullail
Jika seseorang tetap melakukan shalat malam, maka wajahnya akan
bercahaya dan dia juga akan merasakan kenikmatan beribadah dalam hatinya,
sebagaimana yang dituturkan oleh paraUlama Salaf berikut ini: Abu Sulaiman
berkata: “Malam hari bagi orang yang sering beribadat di dalamnya, itu lebih
nikmat daripada permainan bagi mereka yang suka hidup bersantai-santai.
Seandainya tanpa malam aku tak suka hidup di dunia ini.” Ibnul Mukandir:
”Bagiku kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, qiyamullail,
bersilaturahmi dengan ikhwan dan shalat berjama’ah.
” Maroji’: Tazkiyatun Nufus oleh Dr. Ahmad Farid Amraadlul Qulub
wa Sifaauha.
Penjara Suci "As Surur" 05/03/12.
0 Komentar:
Posting Komentar